Basic Setting Kamera yang Harus Dipahami
Basic Setting Kamera yang Harus Dipahami-Banyak orang yang memiliki kamera digital yang masih belum mengerti tentang setting dasar dari kameranya, sehingga saat memotret hanya mengandalkan mode Auto dan pasra dengan hasil akhirnya. Kita tahu jika kamera punya banyak setting dan ketika salah mengatur setting akan membuat hasil foto mengecewakan yang pada akhirnya kadang orang merasa ragu untuk mencoba bermacam-macam setting yang terdapat dikamera. Ada benarnya jika mode Auto pada kamera saat ini cukup pintar menghasilkan foto yang bagu, tapi apakah kalian tidak ingin mencoba bermacam-macam setting yang ada dikamera? Minimal kita harus mengenali dan pernah mencoba semua setting dasar yang ada pada kamera yang kita punya hingga kita tahu apa yang harus dirubah ketika mengalami situasi berbeda.
Walau terlihat
sepele, tapi setting berikut bisa membantu kamu mendapatkan hasil foto yang
lebih baik, jika diatur dengan benar. Agar lebih jelas, baca juga buku manual
kamera karena apa yang kami sampaikan berikut ini bersifat umum.
Ukuran foto (resolusi sensor)
Foto atau gambar
format digital diukur dengan satuan pixel dan terhubung dengang resolusi yang
dipunya sensor kamera, resolusi sensor menandakan ukuran maksimal foto yang
bisa didapatkan (dinyatakan dalam megapixel). Kamera masa kini sudah mengalami
peningkatan dalam jumlah pixel pada kepingan sensornya dan jika resolusinya
semakin tinggi maka semakin banyak detail foto yang dihasilkan.
Biasanya resolusi yang dimiliki oleh kamera digital yaitu:
- Resolusi maksimum (large): Kamera akan menghasilkan foto dengan resolusi penuh dan file foto yang dihasilkan juga berukuran besar. Gunakan resolusi tertinggi jika kamu memang sedang memotret sesuatu yang penting, banyak detail, berencana banyak melakukan banyak cropping atau akan mencetak ukuran besar.
- Resolusi menengah (medium): Kamera akan menghasilkan foto dengan ukuran menengah dengan cukup detail dan ukurannya tidak terlalu besar. Setting ini cocok dipakai untuk memotret sehari-hari.
- Resolusi kecil (small) : Jika kamu hanya perlu foto ukuran kecil untuk pasang di web dan tidak berniat untuk dicetak ataupun meng-cropping, resolusi kecil ini bisa dipakai.
Kualitas foto (kompresi JPEG)
Banyak orang
berpikir jika kualitas foto itu ditentukan dari resolusinya, sebenarnya itu
salah. Resolusi menyatakan detail foto sedangkan kualistas ditentukan dari
tingkat kompresi JPEG yang settingnya bisa kita atur. Semakin tinggi kompresi
JPEG maka kualistar foto akan bertambah rendah karena proses kompresi bersifat
lossy atau menurunkan kualitas.
Setting kualitas yang umumnya dijumpai di kamera:
- Kualitas tertinggi (super fine, best atau high quality): Jika perlu foto dengan kualitar tinggi, pilih setting dengan kompresi terndah ini, tapi ukuran file akan sangat besar (sekitar 4-5 MB/foto).
- Kualitas menengah (fine, better atau medium quality) : cocok untuk dipakai sehari-hari dan file foto tidak terlalu besar.
- Kualitas dasar (normal, good atau basic quality) : bisa dipakai jika sedang dalam kondisi darurat, misalnya kebetulan kapasitas kartu memori yang dipakai tidak banyak, atau sisa kapasitar di kartu memori tinggal sedikit. Di setting ini kompresi JPEG sangat tinggi hingga sebuah file foto bisa berukuran kecil namun akan banyak mengalami efek kompresi.
Sensitivitas sensor (ISO)
ISO dalam fotografi digital menandakan seberapa sensitif
sensor terhadap cahaya. Tiap kamera punya ISO dasar (atau ISO terendah) yang
umumnya diantara ISO 80 hingga ISO 200. Di ISO terendah ini sensor memberikan
hasil foto yang rendah noise sehingga umumnya kebanyakan orang membiarkan
kameranya selalu memakai ISO rendah. Padahal adanya ISO pada kamera berfungsi untuk memudahkan kita, dan waktu
yang tepat untuk memakai ISO rendah ataupun ISO tinggi perlu kita pahami.
- ISO rendah (ISO 80 - 200), bisa untuk dipakai sehari-hari, selama cahaya sekitar cukup terang seperti saat memotret di siang hari. ISO rendah juga bisa dipakai jika kita ingin fotonya terhindar dari noise atau saat sedang bermain slow speed.
- ISO menengah (ISO 400 - 800), bisa jadi nilai antara sensitivitas dan noise, artinyadi ISO menengah kita bisa dapat sensor yang lebih sensitif namun dengan noise yang tidak terlalu tinggi. Gunakan ISO menengah jika cahaya sekitar sudah mulai redup/kurang cahaya, atau saat memakai ISO dasar ternyata shutter speed terlalu lambat dan berpotensi blur. Noise yang muncul akibat memakai ISO menengah ini masih bisa dikurangi memakai software komputer.
- ISO tinggi (ISO 1000 - 6400), adalah peningkatan ekstrim dari sensitivitas sensor yang menjadikan sensor sangat sensitif terhadap cahaya sekaligus membuat banyak noise pada foto. Gunakan ISO tinggi jika cahaya yang ada tidak mencukupi bagi kamera untuk mendapat eksposur yang tepat, atau jika kita ingin mendapatkan shutter speed yang tinggi. Pada kebanyakan kamera digital, ISO tinggi umumnya memberi hasil foto yang penuh noise dan kurang bagus untuk dicetak.
Kompensasi Eksposur (Ev)
Setting ini kadang diketahui banyak orang sebagai kendali
terang gelap, walau lebih tepatnya adalah bagaimana
kita memberikan instruksi pada kamera untuk merubah nilai nol eksposur. Setting
Ev menjadi setting dasar kamera digital mulai dari kamera kelas pro hingga kamera
ponsel, dan setting ini sangat berguna
untuk mengatasi masalah
terang gelap yang tidak sesuai keinginan kita. Nilai default Ev adalah 0 (nol), kamera berupaya mencari nilai
shutter dan aperture terbaik hasil pengukuran kondisi pencahayaan saat itu
(metering). Pada nilai Ev 0 biasanya kondisi area terang (highlight) dan gelap (shadow) seimbang, walaupun karakter tiap kamera bisa sedikit berbeda. Dalam kondisi
tertentu, kadang metering
kamera tidak memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan kita, objeknya bisa terlalu over atau terlalu
under. Jika sudah begitu, kita bisa merubah nilai Ev ini ke
arah :
- Positif Ev (mulai dari +1/3 Ev hingga +3 Ev) dipakai jika kita ingin membuat bagian yang gelap menjadi lebih terang, meski dengan resiko bagian terang jadi terbakar (blown). Biasanya di area yang kontrasnya tinggi seperti saat sinar matahari terik, atau ada sinar dari belakang objek (backlight), maka foto perlu dikompensasi ke arah positif.
- Negatif Ev (mulai dari -1/3 Ev hingga -3 Ev) dipakai jika kita ingin membuat area yang terang jadi lebih gelap, seperti saat memotret sunset. Tanpa menurunkan Ev, foto sunset akan terlalu terang dan momen indah saat matahari terbenam itu tidak akan tefoto dengan baik.
Mode lampu kilat (flash)
Lampu kilat yang ada pada kamera terlihat cukup sepele karena hanya
berfungsi sebagai lampu tambahan. Namun terkadang pemilik kamera masih sering mengabaikan setting flash saat
memotret. Umumnya setting flash ini dibiarkan di posisi Auto dimana flash akan
menyala hanya kalau suasana sudah cukup gelap. Padahal seringkali kita perlu
flash di siang hari, dan bisa saja kita malah tidak boleh menyalakan flash di malam hari. Untuk itu inilah
setting dasar lampu kilat kamera secara umum yang perlu dipahami :
- Auto : Menyala otomatis saat mulai gelap. Biasakan untuk tidak memakai mode flash Auto.
- Flash on : Selalu menyala setiap memotret. Gunakan setting ini jika ingin memotret dengan lampu kilat seperti saat tidak ada sumber cahaya apapun selain dari lampu kamera, atau saat siang hari namun objek yang akan difoto terhalang bayangan sehingga gelap. Flash di siang hari juga bisa dipakai untuk melawan backlight.
- Flash on plus red-eye : Sama seperti di atas, hanya saja lampu kilat akan menyala dua kali untuk mencegah mata merah. kadang orang yang memakai setting ini tanpa mengerti mode ini untuk berfungsi untuk apa, sehingga setting selalu dipakai tiap kali memotret, siang atau malam. Padahal dengan dua kali lampu kilat menyala, potensi kehilangan momen cukup tinggi karena ada jeda saat memotret dan hingga saat gambar diambil. Lagi pula dengan seringnya lampu kilat menyala akan membuat baterai cepat habis.
- Flash off : kebalikan dengan flash on, setting flash off mencegah lampu kilat menyala saat memotret. Pertama, gunakan setting ini saat cahaya sekitar sudah cukup banyak. Kedua, matikan flash saat kita perlu memotret dengan available light (sumber cahaya alami) seperti memotret lilin, night shot atau ruangan yang sangat luas. Ketiga, setting ini berguna saat penggunaan lampu kilat dilarang seperti saat konser di panggung pertunjukan atau di rumah ibadah. Keempat, jangan pakai lampu kilat bila hasil foto akan mengalami pantulan lampu seperti memotret dari balik jendela mobil, memotret ikan di akuarium dan memotret benda yang mengkilat.
White balance
Terakhir, setting dasar yang sering diabaikan adalah pengaturan warna white balance. Kenapa jarang ada yang suka mencoba
bermain-main dengan setting ini adalah karena di posisi Auto WB, hasil foto
sudah cukup bagus dan
warnanya jarang meleset. Namun
apakah kita akan pasrah pada mode Auto ketika berhadapan dengan sumber cahaya putih yang berbeda-beda? Di
alam ini sumber cahaya putih sangat banyak mulai dari matahari, lampu neon,
lampu pijar hingga lampu kilat. Bila kamera salah dalam mengenali sumber cahaya
yang ada, hasil foto akan jadi kebiruan atau kemerahan sehingga merusak mood
dari sebuah foto. Bila pada kamera sudah tersedia preset WB untuk berbagai
sumber cahaya tersebut, cobalah untuk memakai setting yang sesuai supaya
karakter warnanya lebih tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar