Tips Memanfaatkan Cahaya Jendela untuk Foto Indoor
Di tahun 80 dan 90-an, cahaya jendela adalah hal yang sangat cukup populer, begitupun foto-foto dengan tema Film Noir. Tapi, jendela selalu
menjadi bagian dari foto. Objek biasanya memandang langsung ke arah jendela atau
menggunakan sudut 45 derajat sehingga cahaya akan menyinari bagian sisi wajah
yang menghadap ke jendela dengan lembut. Reflektor terkadang dipakai untuk mengisi bagian yang tersembunyi dalam bayangan agar menghasilkan penampilan yang dramatis.
Di tahun 2010, cahaya natural merupakan sesuatu yang hip, tidak hanya untuk pemula hal itu juga berlaku untuk profesional. Cahaya matahari
memhasilkan tampilan baru
untuk portrait bayi, anak-anak, dan orang tua. Sekarang, dengan peralatan yang minim, hampir semua orang yang
punya kamera dan lensa dapat
menghasilan foto indoor yang
bagus. Berhasil atau tidaknya
ditentukan dengan apa yang ingin kamu tampilkan dan bagaimana
mendapatkannya.
“Afifi The Maestro” – Subaktyo memanfaatkan cahaya dari jendela di hadapan objek (source:http://fotonela.com/) |
Pertama, kalian membutuhkan sebuah jendela yang menghadap
ke utara atau selatan. Karena dengan
begitu akan mendapatkan cahaya yang lembut dan tidak langsung sepanjang
hari (bukan hanya saat Golden Hour). Lalu, kalian butuh sebuah
ruangan dengan banyak jendela (bagusnya jendela yang tingginya dari lantai
sampai langit-langit). Kalian
perlu melepas tirai dari semua jendela. Kemudian, semua lampu dimatikan di dalam ruangan karena bisa
menimbulkan bentrok pada keseimbangan warna maupun bayangan di bawah mata.
Setelah ruangan kalian atur, kalian harus menaruh objek di tempat yang bagus. Paling bagus menghadap jendela. Kalian dapat memakai spot meter di kamera lalu ukur fokus pada wajah untuk
mendapatkan exposure warna kulit yang optimal. Coba gunakan aperture lebar (2.8
atau lebih kecil) untuk fokus sempit. Lalu kalian perlu menyeimbangkan aperture lebar
ini dengan shutter speed yang cepat.
Bagaimana jika
kalian ingin menggunakan jendela sebagai latar belakang? Hal ini akan jadi situasi pencahayaan yang
cukup sulit karena objek akan mendapat cahaya back-lit dengan arti mendapatkan latar belakang yang overexposed
sementara kulit tampak underexposed. Baiknya
menghindari situasi ini kecuali kamu ingin memotret beberapa exposure berbeda
dan menggunakan teknik HDR atau kamu punya flash untuk mengatasi bagian
underexposed.
Tidak semua ruangan bagus untuk pencahayaan natural. Jika kalian mau fotomu 100% menggunakan pencahayaan natural, maka kalian harus melakukan beberapa percobaan
sebelum memakai ruangan tersebut untuk pemotretan. Ruangan yang memiliki jendela yang menghadap timur atau
barat kemungkinan akan memberikan terlalu banyak cahaya keras secara langsung . Tapi kalian masih bisa menggunakan
ruangan ini; namun kalian harus berhati-hati untuk menempatkan objeknya.
“Kontras” – Agustiar sumber cahaya tajam dari jendela di sebelah kiri atas objek menciptakan kontras yang dramatis.(source:http://fotonela.com/) |
Jika kalian
tidak memakai lampu studio di
dalam ruangan, maka sebagai gantinya
kamu harus menggunakan kamera yang bagus. Umumnya, dSLR full frame
menawarkan pengaturan ISO yang lebih tinggi dengan noise sangat rendah. Canon
5D Mark II misalnya. Juga, lensa yang digunakan haruslah lensa cepat, yang bisa
terbuka hingga 1.2 atau 1.8. Lensa yang populer untuk jenis ini adalah Canon
50mm 1.2 atau Canon 85 mm 1.8. Kamu juga perlu mempertimbangkan penggunaan
tripod seandainya perlu memotret dengan shutter speed lambat. Perhatikan juga
white balance, karena ruangan yang dindingnya berwarna bisa menyebabkan
bayangan warna pada objek.
Kualitas foto yang memakai cahaya natural adalah: objek akan mendapatkan tampilan yang
lembut, mata mereka terlihat
bersinar, background akan out of focus dari DoF yang dangkal dan objek akan terlihat lebih santai di ruangan
yang tidak diatur berlebihan. Jika
kalian memotret bayi atau anak-anak, pemotretan indoor akan bagus untuk
mereka mengingat kebersihan dan kenyamanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar